Daftar Isi

SELAYANG PANDANG PASAR UANG DAN PASAR MODAL

Perkembangan dunia investasi baik pada sektor rill maupun pada sektor finansial berkembang dengan sangat pesatnya. Jika dilihat dari volume perdagangan, sektor finansial jauh meninggalkan sektor rill. Alasannya sangat sederhana, yakni investasi di sektor keuangan memberikan tingkat pengembalian (return) yang relatif jauh lebih besar ketimbang sektor riil. Inilah yang menyebabkan sektor keuangan menjadi mutiara baru dalam dunia investasi.

Pada awalnya, para investor telah merasa nyaman dan puas berinvestasi hanya di sektor perbankan, meIalui berbagai produk-produk perbankan yang ditawarkan yang memberikan pendapatan tetap (bunga), disamping uang mereka terjamin keamanannya. Dalam perkembangan berikutnya, investor berpikir ulang dan melirik sektor lain yang lebih menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi dari pada bunga yang diberikan oleh perbankan. Ternyata, pasar modal lebih menjanjikan pendapatan yang relatif lebih tinggi, jika dibandingkan dengan sektor perbankan. Pasar modal Indonesia pun mulai menampakkan perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator, diantaranya adalah volume perdagangan, volume transaksi, dan indeks perdagangan. Dengan demikian, iklim investasi menjadi sangat dinamis dan mempunyal beragam pilihan. Untuk itu, para pelaku pasar selalu berupaya menciptakan inovasi produk pasar keuangan dengan berbagai instrumen yang dapat mengoptimalkan return yang mereka miliki. Trend investasi selanjutnya adalah investasi di pasar valuta asing (valas). Dewasa ini, investasi dalam perdagangan mats uang asing mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kenyataan tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya volume ekspor dan impor yang ditunjang oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi terutama jaringan internet.Foreign Exchange (Forex) atau yang lebih dikenal dengan bursa valuta asing adalah salah satu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya, yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan, mulai dari hari Senin pukul 05:00 am WIB/ GMT+7 sampai hari Sabtu pukul 05:OOam WIB / GMT+7. Investor dapat memperoleh profit dari selisih nilai beli dan nilai jual mata uang ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BIS (Bank International for Settlement) pada akhir tahun 2007, menyatakan bahwa "growth in global foreign exchange turnover was strong" dengan turn over rata-rata per hari mencapai $ 3.2 trilliun dalam bulan April 2007, meningkat 69% pada current exchange rates dan 63% pada constant exchange rates.

Dengan banyaknya dana yang terakumulasi dan terkonsentrasi di sektor keuangan tersebut, diduga berpengaruh terhadap volume investasi di dunia perbankan dan pasar modal. Trend naiknya perdagangan forex ini juga diprediksi akan semakin berkembang pesat. Namun akhir-akhir ini, pasar keuangan dan pasar modal mengalami kontraksi yang sangat hebat sehingga menyulut krisis keuangan di berbagai negara. Kejadian ini bermula dari pemberian kredit perbankan yang tak bertanggung-jawab di pasar properti (subprime mortgage) Amerika yang diawali dengan ambruknya Bank Investasi Bear Stearns dan runtuhnya dua perusahaan hipotek raksasa lainnya, yakni : Fanny Mae dan Freddy Mac. Demikian pula dengan bank Investasi Lehman Brothers yang tidak sanggup lagi menangani likuiditasnya, sehingga memicu krisis keuangan di Amerika yang berdampak pada pasar-pasar keuangan di berbagai benua. Titik kulminasinya terjadi ketika Lehman Brothers, bank investasi terbesar nomor empat di dunia dengan riwayat 158 tahun, pada 15 September 2008 pukul 01.00 dini hari, menyatakan diri bangkrut dan meminta perlindungan kepada Pengadilan Distrik Kota New York. Ini adalah akhir pertarungan panjang Lehman Brothers yang sebelumya berhasil melewati Perang Sipil di Amerika Serikat, masa Great Depression, Perang Dunia I dan II, Resesi ekonomi 1970 dan 1980-an, hingga serangan WTC dan resesi 2001.

Usaha-usaha untuk menyelamatkan Lehman Brothers pada hari-hari terakhirnya telah gagal. Masih segar dalam ingatan bahwa, pada Agustus lalu Lehman terlibat negosiasi dengan Korean Development Bank (KDB) dalam sebuah rencana akuisisi oleh bank milik Pemerintah Korea tersebut. KDB menawarkan harga sekitar USD 6 per lembar, tapi Richard S. Fuld, CEO Lehman Brothers, berkeras pada harga USD 18 per lembar. Atas tekanan Bank Sentral Korea, KDB akhirnya mundur dari rencana pembelian Lehman Brothers. Barclays, bank kenamaan dari Inggris, dan Bank of America disebutkan terlibat dalam rencana pengambil alihan Lehman. Hanya berjalan beberapa hari, kedua bank menyatakan mundur dari pembicaraan karena tidak diperolehnya jaminan dan keterlibatan Pemerintah Amerika untuk menyelamatkan Lehman Brothers. Mundurnya Barclays dan Bank of America menjadi lonceng kematian bagi Lehman Brothers. Tekanan yang sangat tinggi dari ketiadaan sumber pembiayaan baru dibarengi dengan nilai aset yang terus menyusut, memaksa Lehman Brothers meminta perlindungan pengadilan dan menyatakan diri bangkrut. Dalam dokumen yang diserahkan kepada Pengadilan New York, Lehman Brothers menyebutkan bahwa, perusahaan tesebut memiliki aset senilai USD 639 miliar. Angka ini telah turun cukup tajam dari posisi awal tahun 2008, saat laporan keuangan Lehman 2007 menyatakan bahwa, total asetnya senilai USD 691 miliar. Masih dari dokumen yang sama, disebutkan pula bahwa, Lehman Brothers memiliki utang dalam bentuk obligasi senilai USD 155 miliar dan kewajiban lainnya sebesar USD 613 miliar.

Dengan angka tersebut, maka praktis nilai ekuitas Lehman Brothers menjadi negatif USD 129 miliar. Besarnya angka negatif pada pos ekuitas tersebut mengisyaratkan bahwa, Lehman Brothers memang sudah tidak lagi tertolong. Saham Lehman Brothers yang berjumlah 1,2 miliar lembar praktis berharga nol. Terlebih, mengingat bahwa saham ini dalam setahun terakhir pernah mencapai harga USD 60 per lembar, karena itu, nilai kapitalisasi USD 72 miliar adalah angka kira-kira atas nilai yang terhapus dari buku seluruh pemegang saham Lehman Brothers.Ditambah dengan bond Lehman Brothers senilai USD 155 miliar, maka potensi kerugian yang ditanggung pemegang saham dan pemegang obligasi mencapai lebih dari USD 200 miliar.

Apa yang menyebabkan bank investasi ini ambruk dengan teramat cepat?. Bukankah Lehman Brothers memiliki spesialisasi pada perdagangan dan jasa penjaminan obligasi sebuah instrumen yang relatif memiliki risiko lebih rendah dari pada instrumen saham, komoditas ataupun derivatif lainnya ?. Bukankah Lehman Brothers tertimpa kerugian akibat subprime relatif lebih kecil dari pada nama-nama besar lainnya seperti : Citigroups, UBS, Merrill Lynch ataupun Bank of America? Dari catatan penghapus-bukuan akibat krisis subprime, ditemukan bahwa, total kerugian Lehman Brothers akibat kredit subprime mencapai USD 13,8 miliar. Angka ini sebenarnya terbilang kecil dibandingkan dengan seluruh kerugian industri finansial global, karena subprime mortgage yang terjadi mencapai USD 519 miliar. Sejak krisis itu meletus, dari segi antisipasi kerugian, Lehman Brothers telah bersiap-siap menggalang modal segar sebesar USD 13,9 miliar melalui lima kali penerbitan saham baru. Penggalangan modal baru itupun masih ditambah dengan usaha efisiensi biaya dengan melakukan PHK atas hampir 19 ribu karyawan atau 2/3 dari seluruh jumlah karyawannya. Satu-satunya penjelasan mengapa Lehman tetap terpuruk sekalipun berbagai langkah telah ditempuh, sesungguhnya terkait dengan besarnya leverage pada aspek finansial Lehman Brothers. Sekalipun fokus bisnis obligasi relatif lebih aman ketimbang instrumen lainnya, tapi angka leverage Lehman (yaitu perbandingan antara ekuitas dan kewajiban) mencapai 29 kali. Angka leverage yang sedemikian besar ini mengakibatkan resiko dalam bisnis Lehman mengalami amplifikasi sebesar angka tersebut. Naik atau turunnya nilai aset portofolio Lehman, sekalipun dalam jumlah kecil tetap berdampak hingga 29 kali lipat terhadap modal perusahaan tersebut. Bila kita melihat peningkatan angka default pada obligasi subprime perumahan AS yang merayap mendekati angka 50%, tentu tidak mengherankan bila model bisnis Lehman terancam secara serius.

Pimpinan Lehman Brothers menyadari hal ini dan pada saat-saat terakhir berusaha menurunkan rasio leveragenya hingga sekitar 22 kali, tapi waktu tidak lagi berpihak pada mereka. Angka leverage sedemikian besar dan dampak yang terjadi pada Lehman Brothers tentu akan mendorong institusi keuangan lainnya melakukan aksi penurunan leverage-nya secara masif. Bila dilakukan secara serempak oleh berbagai institusi keuangan, yang mungkin terjadi adalah turunnya aliran investasi ke instrumen-instrumen investasi beresiko tinggi. Kenaikan luar biasa pada angka LIBOR overnite hingga 330 basis poin pasta kebangkrutan Lehman dan penyelamatan AIG menunjukkan aksi penurunan leverage ini akan membuahkan fluktuasi yang sangat tajam atas aliran modal. Guyuran likuiditas oleh bank-bank sentral utama dunia memang sedikit membantu meringankan masalah, tapi tidak berarti seluruh masalah akan selesai dalam waktu dekat. Lebih dari itu, bagi perusahaan-perusahaan Asia, Lehman Brothers memiliki posisi vital. Penerbitan Samurai Bond oleh Lehman senilai 195 miliar Yen (setara USD 1,8 miliar) adalah contoh posisi Lehman di Jepang. Di Indonesia, Lehman Brothers dikenal sebagai salah satu penjamin emisi pada kedua seri penerbitan obligasi pemerintah Republik Indonesia pada 2008 ini (senilai total USD 4,2 miliar).

Sebagaimana diklaim oleh Lehman Brotthers sendiri, tidak ada perusahaan asing lain yang menjadi penjamin obligasi Pemerintah Indonesia. Di sektor koperasi swasta, keterlibatan Lehman Brothers pada penerbitan surat utang dan emisi saham pada kelompok bisnis Davomas (tiga seri obligasi senilai USD 300 juta), Gajah Tunggal (divisi Indonesia maupun China senilai total USD 295 Juta), serta Global Media (dalam pembiayaan Mobile-8 dan IPO Media Nusantara Citra) adalah indikasi bahwa, jejak Lehman membekas cukup dalam di Asia. Akhirnya, Lehman Brothers gaga) mendapatkan suntikan dana yang berujung pada bangkrutnya perusahaan raksasa investasi tersebut, sejak satu tahun terakhir ini saham Lehman pun telah anjlok hampir mencapai 94%. Sejak hari Senin, tanggal 15 bulan September 2008 tersebut, Bursa New York mencatat anjloknya harga-harga saham hingga ke dasar pusaran, diikuti Toronto, Sao Paulo, Tokyo, Hongkong, Seoul dan Mumbai, sehingga kejadian ini disebut dengan Black Monday (Senin Hitam) bagi pasar saham. Sementara itu, terkait dengan krisis keuangan di AS, tekanan perdagangan saham pada semua sektor di Bursa Efek Indonesia pun ikut terpuruk dan hampir tidak ada saham yang mengalami kenaikan.

World Index pada website BEI menunjukkan sinyal koreksi negatif pada semua bursa saham regional, kecuali Index Nikkei 255 di Jepang yang berhasil mengalami rebound sebesar 0,93% atau naik 112,26 poin dari 12.102,50 menjadi 12.214,76 (www.idx.co.id). Selain Lehman, guncangan finansial juga terjadi setelah Merril Linch diakuisisi oleh Bank of America senilai US$ 50 miliar. Saham-saham di Wall Street turun hingga 2,72 persen. Di London, indeks FTSE, 100 turun 3,92% dan indeks euro stoxx 50 turun 3,67 persen. Krisis keuangan di Amerika tersebut dikhawatirkan akan membuat investor menarik dananya secara besar-besaran. Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, bank-bank sentral yang dipimpin oleh The Federal Reserve (The Fed) AS menyuntikan puluhan miliar dolar AS ke dalam sistem finansial tersebut. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung sesaat terhadap perdagangan saham di BEI, hal ini mengingat saham-saham di Indonesia termasuk dalam katagori growth stock yang di dorong oleh permintaan produk yang masih tinggi, terutama pada sektor pertambangan, manufaktur, energi, infrastruktur, barang-barang konsumsi dan teknologi. Valuasi saham dengan sendirinya akan tercermin dari antisipasi permintaan tersebut dan bukan di tentukan oleh sentimen pasar modal di negara lain. Perlambatan permintaan dunia akhir-akhir ini dapat dipastikan akan bersifat sementara dan kemungkinan akan berlalu dengan cepat karena pertumbuhan ekonomi China, India dan negara industri lainnya masih tinggi. Oleh karena itu, investor lokal diharapkan jangan ikut-ikutan panik melihat terpuruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada BEI yang mencapai level terendah 1.719,25 pada perdagangan 15/09/2008 lalu. Dipastikan IHSG akan kembali naik dengan melihat kondisi fundamental emiten dan perekonomian indonesia yang relatif masih aman.

Blog Archive