Daftar Isi

PETIKAN SURAT-SURAT KARTINI TENTANG KELUARGANYA

Penilaian Kartini terhadap keluarga dan leluhurnya dapat dilihat dari beberapa petikan surat-surat Kartini. Berikut beberapa petikan surat tersebut yang ditulis semenjak tahun 1899 kepada teman-temannya.

Petikan Surat Kartini kepada Estelle Zeehandelaar tanggal 21 Mei 1899

KUMPULAN PETIKAN TULISAN KARTINI

Dalam tulisan-tulisannya untuk publikasi, Kartini menggunakan gaya bahasa yang sangat berbeda dengan gaya bahasa yang biasa ia gunakan dalam surat-suratnya.

Beberapa dari contoh kutipan yang representatif adalah sebagai berikut:

CUT NYAK DHIEN

Cut Nyak Dhien adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, Cut Nyak Dhien mengungsi. Sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Sesudah Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada 29 Juni 1878, Cut Nyak Dhien marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

RADEN AJENG KARTINI

Raden Ajeng Kartini adalah seseorang dari lingkup kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat - bupati Jepara. Kartini merupakan putri yang lahir dari istri pertama (bukan istri utama) yang bernama M.A. Ngasirah. Putri dari Nyai Hajah Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono - guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Sri Sultan Hamengkubuwana VI.

DEWI SARTIKA

Dewi Sartika yang lebih akrab dipanggil Uwi lahir dari keluarga Menak di Bandung – Raden Somanagara (Patih Afdeling Mangunreja) dan Raden Ayu Rajapermas – pada 4 Desember 1884. Bersama orang tua dan saudara-saudaranya, Dewi Sartika tinggal di sebuah rumah besar semi permanen yang berhalaman luas di Kepatihan Straat. Di beranda rumah itu, terdapat jambangan-jambangan besar dengan tanaman suflir dan kuping

Blog Archive