Daftar Isi

STRATEGI DAN MOTIVASI SUKSES

Tantangan Sebagai Motivasi

Manusia mendapat semangat dan motivasi untuk meraih kesuksesan dari tantangan. Charles de Gaulle, yang banyak berbicara mengenai hal membangkitkan bangsa, pemah berkata, "Manusia yang berkarakter menemukan daya tertentu di dalam kesulitan, sebab hanya dengan melawan kesulitan itulah ia baru bisa menyadari potensinya." Dan William James berkata Pula, "Kebutuhan dan pergumulanlah yang merangsang dan memberikan inspirasi kepada kita."

Sebab tantangan itu memiliki daya tarik universal. Ketika Garibaldi mengumpulkan pasukannya dan kemudian berhasil membebaskan Italia, maka ia memanggil mereka untuk mau menghadapi cuaca dingin, kelaparan, ketiadaan pakaian dan kematian. Ketika Bunda Teresa dari Calcutta menerima gadis-gadis muda untuk bergabung dengan Missionaris Karitas, maka sikapnya terhadap mereka bukanlah lunak. Bahkan keesokan harinya ia langsung menyuruh mereka untuk pergi ke tempat orang-orang papa menghadapi kematian. Suster Bernard, salah seorang dari dua belas anggota pertama yang memulai pekerjaan bersama Bunda Teresa masih ingat akan masa-masa itu. "Tugas itu berat. Dan ia memang ingin kalau tugas itu berat. Ia tak mau membuatnya jadi gampang."

Cita-cita Perjuangan Sebagai Motivasi

Umumnya pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang senantiasa mendorong dan menuntut. Hal ini terutama disebabkan karena manusia memang rindu akan suatu cita-cita perjuangan. Sybil Ferguson, sorang ibu rumah tangga di Rexburg, sebuah pemukiman kecil di Idaho (dengan penduduk yang berjumlah sekitar 11.000 orang), menemukan suatu metode efektif untuk mengurangi berat badan. Teman-temannya tertarik melihat penampilannya yang baru itu dan meminta agar ia juga mau membantu mereka. Sebagai akibatnya, berdirilah Diet Center di Rexburg. Itu terjadi tahun 1970. Tapi kini ada lebih dari 1900 Diet Center di seluruh dunia. Dan setiap hari muncul satu Diet Center baru. Sybil Ferguson dan suaminya masih menjalankan perusahaan itu dari Rexburg. Apa rahasia keberhasilan yang sehebat itu? Sebagian karena sejak semula Sybil telah menekankan bahwa mereka bukanlah sekedar suatu perusahaan - mereka adalah suatu gerakan, suatu cita-cita perjuangan. Salah seorang pembantu Nyonya Ferguson berkata, "Semua orang di sini merasa dirinya sebagai bagian dari suatu cita-cita perjuangan, di mana kami semua mendarma-baktikan diri - membantu orang-orang untuk mengurangi berat tubuhnya. Dan ini kami pandang lebih dari sekedar pekerjaan."

Ketika Amerika Serikat mendapat giliran untuk menyelenggarakan Olimpiade ke 23, orang-orang yang pesimis meramalkan peristiwa itu akan menjadi suatu malapetaka. Serangan para teroris, yang menyebabkan Olimpiade di Munich menjadi suatu tragedi dan kerugian sebesar 1 milyar dolar yang terjadi pada Olimpiade Montreal, belum lagi hilang dari ingatan orang.

Tapi ternyata Olimpiade di AS itu mengalami keberhasilan yang Iuarbiasa, dan hal ini terutama berkat jasa Peter Ueberoth, seorang optimistic berusia 42 tahun, yang menjadi otak perencana dan yang berhasil memberikan laba lebih dari 200 juta dolar. Mengenai kepribadian Ueberoth ini, majalah Time menulis: "Ia mempunyai cara tertentu untuk mengubah apa pun yang disentuhnya menjadi emas. Keterlibatan dalam persoalan-persoalan dan sasaran-sasaran yang rumit selalu membuatnya bersemangat."

Ueberoth tak putus-putusnya memberi pengarahan kepada 72.000 orang yang terlibat dalam penyelenggaraan Olimpiade itu (setengah dari antaranya adalah sukarelawan), mengenai bagaimana mereka harus mendaki suatu gunung kemenangan. Bagi sementara orang, bahasa yang demikian mungkin terdengar agak murahan; tapi semua bisa melihat bahwa memang demikianlah Ueberoth memandangnya. Bagi mereka yang dedikasinya masih rendah, komitmen terhadap cita-cita perjuangan yang seperti itu mungkin terasa muluk. Pada suatu hari, Ueberoth bergabung dengan para karyawan yang sedang makan siang di kafetaria markas besar mereka. Mula-mula percakapan mereka berjalan biasa-biasa saja, sampai kemudian seorang wanita bertanya mengenai kemungkinan kenaikan gaji. Ueberoth, sukarelawan yang tak digaji itu menanggapinya dengan dingin, "Bila Anda tidak mengerti apa yang sedang kita lakukan ini maka lebih baik Anda jangan bekerja di sini."

Daya motivasi dari cita-cita perjuangan itu tidak ada duanya. Di dalam budaya kita ada anggapan yang salah, yang mengatakan bahwa kita pasti akan berbahagia jika saja kita tidak terlalu sibuk, tidak terlalu keras bekerja atau tidak mempunyai terlalu banyak pekerjaan rumah. Tapi sebenarnya kebahagiaan itu tidak terlalu ditentukan oleh kesenangan. Bahkan sebaliknya, kita semua telah banyak melihat bahwa orang yang paling berbahagia justru adalah orang yang bisa melihat suatu cita-cita perjuangan dan bertarung dalam kehidupan ini karena digerakkan oleh suatu komitmen. Tapi yang menjadi masalah adalah bahwa banyak orang yang merasa bosan dengan suatu perjuangan.

Kalau anak-anak sampai tidak menyenangi sekolah, maka hal itu sering disebabkan karena sekolah tidak mengharapkan terlalu banyak dari mereka. Kalau mereka sampai membenci pekerjaannya, maka hal itu bukan karena pekerjaan mereka itu mengharapkan banyak hal dari mereka - tapi justru karena pekerjaan mereka terlalu rutin dan biasa-biasa saja. Begitulah, jika ada pemimpin yang mempunyai standar penampilan yang tinggi dan yang bisa memberikan tantangan serta cita-cita perjuangan kepada mereka, mereka pasti lebih mau mengikutinya.

Harapan Yang Realistis Sebagai Motivasi

Sebelum mengakhiri topik keunggulan dan komitmen perjuangan ini, maka perlu mengingatkan Anda agar jangan terlalu memaksakan orang untuk meraih hal yang terlalu muluk-muluk. Ada saja kemungkinan kita menuntut terlalu banyak, sehingga orang menjadi takut dan mundur. Tak ada orang yang tahan bekerja terus-menerus meraih sesuatu; bila yang diraihnya itu tak kunjung dapat. David C. Mc Clelland, seorang psikolog di Harvard University, telah melakukan riset yang luas mengenai apa yang disebutnya "motivasi pencapaian," dan melihat orang-orang yang termotivasi baik ingin mendapat sasaran-sasaran yang jelas tapi juga yang mungkin untuk diraih. Ia melakukan suatu permainan melempar gelang ke tonggak. Dalam permainan itu ia mengikutsertakan orang-orang bisnis. Di antara orang-orang bisnis itu ada yang mengambil jarak melempar yang cukup dekat, sehingga bisa memasukkan gelang ke tonggak dengan mudah - tapi mereka akan segera menjadi bosan. Sekelompok lagi mengambil jarak terlalu jauh. Untuk memasukkan satu gelang pun mereka tak bisa. Kelompok inipun akan cepat mundur dari permainan. Tapi ada sekelompok yang berdiri dengan jarak cukup jauh untuk membuat permainan menantang; tapi juga cukup dekat untuk membuat permainan berhasil. Orang-orang inilah biasanya yang berhasil dalam bisnis. Mc Clelland juga melihat bahwa orang-orang inilah yang selalu merasa termotivasi, dan mereka bisa terpancing dalam apa yang oleh Mc Clelland disebut "umpan balik dan keberhasilan" - suatu rasa kepuasan yang berkelanjutan dan kemampuan mereka mencapai sasaran jangka pendek. Dengan perkataan lain, mereka bersedia kalau kapasitasnya direntang atau diperbesar, tapi mereka perlu memperoleh keberhasilan yang teratur. Ada satu pelajaran penting yang bisa diperoleh oleh seorang pemimpin dan pendidik: Dalam menekankan keunggulan, hendaklah kita menjaga agar sasaran-sasarannya menantang sekaligus realistis, dan hendaklah kita membuat gradasi sasaran dari yang sederhana sampai yang paling rumit, agar orang-orang kita itu menikmati umpan balik dan keberhasilan yang teratur.

Pelatih atletik Dean Cromwell berkata, "Optimisme itu baru benar- benar bermanfaat bila ia memang meyakinkan. Karena itu bidiklah sasaran yang masuk akal. Kalau seorang anak memang tidak tahu apa-apa, maka saya hanya menuntutnya untuk bisa meraih angka enam. Kalau anak buah Anda hanyalah seorang pencuci piring hari ini, maka janganlah menuntutnya untuk menjadi direktur besok.

"Kalau ia tidak percaya kepada apa yang Anda katakan maka tak ada gunanya. Doronglah dia bekerja lebih kuat, agar menjadi pencuci piring yang paling balk. Kalau anak Anda mendapat nilai D dalam tes sejarah yang terakhir, maka ajaklah dia bertaruh untuk mendapat nilai C besok."

Gunakan Keteladanan Sebagai Motivasi

Sebagian besar para perayu dan pembujuk besar adalah ahli bercerita. Mereka tahu bahwa kita gampang sekali dipengaruhi oleh pengalaman- pengalaman dan contoh-contoh pribadi ketimbang prinsip-prinsip yang umum. Seorang motivator bercerita, bahwa suatu ketika ia dianjurkan untuk minum obat tertentu oleh dokter. Ia bertanya apakah obat itu berbahaya atau tidak. "Kemudian si dokter membeberkan beberapa bukti," katanya, "dan saya mulai yakin. Lalu si dokter menambahkan, 'Saya sendiri pun memakannya' dan akhirnya saya pun berhasil dibujuk." Seorang psikolog yang mengepalai perusahaan pelatihan komunikasi miliknya sendiri di Redondo Beach, California, telah menunjukkan bahwa para wiraniaga yang berhasil memakai contoh-contoh realistis untuk menunjukkan kepada para pendengarnya bahwa orang lain juga telah menjatuhkan pilihan yang sama seperti yang harus dilakukannya. Jika saya melihat sebuah mobil bare dan si penjual menyebutkan nama beberapa pembeli terakhir dari mobil tersebut, maka hal itu biasanya akan lebih meningkatkan mint saya.

Kisah mengenai orang lain bisa membuat kita yakin, sebab kisah-kisah itu mengena ke hati kita - bukan ke kepala kita. Mereka mempunyai daya yang kuat untuk menggetarkan perasaan kita dan mengubah sikap kita.

Kalau begitu, boleh kita katakan, seni memotivasi adalah seni meningkatkan emosi. Ini adalah seni yang lebih berkaitan dengan bawah sadar, daripada dengan kesadaran; dengan sisi kanan belahan kanan otak, daripada dengan belahan kin otak. Sarjana politik James MacGregor Burns, di dalam bukunya Leadership, yang memenangkan hadiah Pulitzer itu menceritakan mengenai kemampuan luarbiasa dari Mao Tse-Tung "yang bisa memahami emosi orang lain." Dan cara terbaik untuk menarik emosi ialah dengan membicarakan kisah orang lain; pergumulan, konflik dan akhirnya kemenangan orang lain.

Blog Archive