Pertempuran Salamis, 28 September 480 SM - Angkatan Laut Athena Menghancurkan Armada Persia.
Kami sudah menaklukkan setiap perairan dan daratan sebagai jalan untuk menunjukkan keberanian kami, dan di mono sofa, demi kebaikan ataupun keburukan, kami telah meninggalkan monumen-monumen yang abadi. - Pericles tentang Orang-orang Athena.
Pertempuran Salamis menjadi pertempuran laut terbesar pertama yang terekam dalam sejarah. Pertempuran itu merupakan peristiwa penting dalam cerita panjang peperangan antara Kekaisaran Yunani dan Persia. Armada Yunani berhasil mengalahkan sebagian besar Angkatan Laut Persia di Selat Salamis yang terletak di antara Pulau Salamis dan Pelabuhan Piraeus. Tahun 480 SM, bala tentara Persia yang dipimpin oleh Raja Xerxes I telah berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Yunani. Angkatan Laut Persia yang terdiri dari ribuan galiung sedang bersiap-siap mengelilingi dan mengepung armada Yunani yang terdiri dari 370 kapal trirema yang berlabuh di Teluk Saronic. Pada akhirnya kemenangan diraih berkat tipu-daya ala Yunani-suatu kualitas yang selalu menjadi alasan bagi kaum Hellenis untuk membanggakan diri sendiri. Komandan armada Yunani, Themistocles mengirimkan pesan palsu kepada Xerxes yang memberitahukan bahwa dia sedang bersiap-siap untuk mengubah haluan. Tertipu dengan pesan dari orang-orang Yunani, armada Persia lalu berlayar menuju wilayah perairan Selat Salamis yang sempit, tempat kapal-kapal armada Yunani bersiap melancarkan serangan mematikan, menabrak kapal-kapal armada Persia dan menenggelamkan 300 di antaranya. Sebaliknya, armada Yunani hanya kehilangan 40 buah kapal. Sisa armada Persia harus mundur dan Xerxes terpaksa menunda kampanye lanjutan penaklukan wilayah daratan selama satu tahun. Hal ini memberi kesempatan emas kepada orang-orang Yunani mempersiapkan diri selama negara-negara kota (poleis) yang otonom mengesampingkan percekcokan mereka. Bala tentara Yunani yang bersatu, di bawah komando Jenderal Pausanias dari Sparta, berlanjut mengalahkan orang-orang Persia dalam Pertempuran Plataea pada 479 SM.
Salamis merepresentasikan perpaduan strategi angkatan laut dengan semangat demokrasi. Pada 508 SM, 28 tahun sebelum pertempuran itu, undang-undang Cleisthenes memberi kewarganegaraan kepada semua pria merdeka Athena-termasuk Themistocles yang ayahnya seorang aristoktrat, tetapi ibunya seorang selir yang bukan warga Athena. Tanpa pembaruan Cleisthenes, pahlawan Salamis itu bukanlah seorang warga Athena. Sepuluh tahun sebelum Pertempuran Salamis, orang-orang Yunani telah memenangkan pertempuran darat yang hebat di Marathon, ketika dipimpin oleh Miltiades, mereka mengalahkan orang-orang Persia. Hal ini merupakan kemenangan bagi pasukan bersenjata lembing yang mampu membeli peralatan tembaga mahal mereka sendiri. Tetapi, orang-orang Persia terkenal dengan pasukan berkuda dan panah-dataran-dataran yang sangat luas negeri mereka memampukan mereka melatih pasukan-pasukan semacam itu, suatu keuntungan yang tidak dimiliki orang-orang Yunani karena wilayah mereka terdiri dari bukit dan lembah. Orang-orang Persia berkemungkinan besar untuk pulang dengan kemenangan besar.
Themistocles mengusulkan supaya orang-orang Yunani memanfaatkan kesulitan-kesulitan yang dialami Persia dan sekutu-sekutunya (yang mencakup orang-orang Phoenisia) dalam menjaga kelangsungan jalur-jalur komunikasi dan perlengkapan angkatan laut mereka. Oleh karena itu, dia berkampanye mendukung penambahan armada Athena, yang waktu itu baru berkekuatan 70 kapal. Namun, hal ini merupakan sebuah usulan yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi demokrasi yang besar. Orang-orang kaya akan membayar pajak dalam jumlah besar. Para pemilih yang lebih miskin, secara tradisional pro-demokrasi, menjadi pendayung kapal-kapal trirema. Oleh sebab itu, penambahan armada angkatan laut berarti meningkatkan pengaruh, dan barangkali jumlah, simpatisan-simpatisan demokrasi. Bagi kaum konservatif dan pemilik tanah, kampanye jalur darat secara politis selalu menjadi pilihan yang lebih aman karena pasukan infantri dipilih dari mereka yang memiliki lebih banyak uang. Terlepas dari kemenangan Marathon, pada 480-an SM Athena terancam menjadi negara dengan konflik politik dan sosial endemis yang dikenal sebagai stasis bagi orang-orang Yunani. Perak membantu memecahkan persoal an ini. Tambang-tambang di Sunium, yang dimiliki oleh negara, menghasilkan kekayaan tambahan pada 483 dan Themistocles membujuk majelis Athena guna memanfaatkan surplus ini untuk program penambahan armada angkatan lautnya sehingga Athena akan memiliki 200 trirema. Dia juga membujuk orang-orang Yunani dari negara-negara bagian Peloponnesus, termasuk Sparta dengan 150 kapalnya, untuk membentuk armada gabungan. Komando dipegang oleh seorang laksamana Sparta karena tidak ada orang Korintus atau Aegina yang mau bertugas di bawah pimpinan seorang Athena, tetapi yang merencanakan strategi sebenarnya adalah Themistocles.
Armada pertama berlayar ke utara Eubea-pergerakan yang berani karena biasanya orang-orang Yunani bertempur dekat pantai mereka sendiri. Badai mengakibatkan kerugian besar pada pasukan Persia, tetapi pertempuran berikutnya, Pertempuran Artemisium, menyebabkan kerugian besar pada kedua belah pihak. Bencana besar menimpa orang Yunani pada 19 Agustus di Lembah Thermopylae. Bencana itu datang dari utara Macedonia menuju sisa wilayah Yunani: di sini 20.000 pasukan Persia mengalahkah 300 orang Sparta dan 700 orang Thebes. Mereka bergerak maju menduduki Attica dan menghancurkan Athena. Salamis merupakan penyelamat muka dari kekalahan yang memalukan ini.
Kemenangan-kemenangan pasukan darat sipil dan angkatan laut sipil menjadi dasar keyakinan diri sebuah peradaban meskipun banyak pencapaian budaya khas Yunani telah mendahului kesuksesan Salamis. Pertandingan-pertandingan Olimpiade, saksi bagi keyakinan orang-orang Yunani akan agon atau kontes yang mencakup semua segi kehidupan dan bukan cuma atletik, pertama kali tercatat di Olympia pada 776 SM. Epik Iliad dan Odyssey, yang dinyatakan sebagai karya Homer, ditulis pada pertengahan abad ke-9 SM. Epik-epik ini menyediakan orang-orang Yunani suatu teologi yang mendeskripsikan dewa-dewi yang bisa marah atau murah hati, cemburu atau penyayang tetapi senantiasa tak bisa diprediksi. Oleh karena wilayah Yunani sangat gersang, sejarah pencarian wilayah yang lebih baik sudah dimulai sedari awal, dan pada tahun 700 SM beberapa koloni terbentuk di sekitar Laut Tengah, dan selatan Italia menjadi wilayah Yunani. Parmenides, yang akademi para filsufnya menghasilkan para ahli metafisika pertama, lahir pada 515 SM dan mengembangkan keyakinan bahwa alam semesta, sekalipun kelihatannya berubah, adalah solid dan permanen. Pada 500 SM Heraclitus mengajarkan di Efesus pandangan yang berbeda, yaitu bahwa alam semesta dan umat manusia terus-menerus mengalami perubahan yang konstan.
Setelah Salamis, orang-orang Yunani secara sadar semakin menyatakan diri bahwa mereka merupakan oposisi terhadap dunia Timur yang lemah, boros, dekaden, dan, di atas semuanya, tidak demokratis. Oleh karena beberapa kali menang besar atas sebuah kekaisaran yang jauh lebih besar, dan lebih kaya, mereka menduga bahwa mereka diberkati dewa-dewi. Banyak orang Athena berpikir bahwa perkembangan institusi-institusi demokrasi yang memberi tekanan pada kepentingan bersama menjadi kunci superioritas moral dan politik mereka sendiri. Debat-debat mereka yang bersemangat sejalan dengan perkembangan pemikiran kritis Athena dan perkembangan filsafat yang menelaah gagasan-gagasan fundamental mengenai zat-zat dan atom-atom, hukum dan moralitas, perbedaan antara keyakinan subjektif dan kebenaran objektif. Secara informal di agora atau pasar, secara lebih formal di sekolah atau gimnasium dan juga di majelis Athena, terjadi perdebatan sengit intelektual. Plato, meskipun ia seorang anti-demokrasi, mendeskripsikan pertukaran-pertukaran pandangan semacam itu sebagai dialektika-jalan menuju kebenaran. Masyarakat ini merupakan masyarakat terbuka yang semakin menguat, masyarakat tempat si idiot secara harfiah merupakan seseorang yang menarik diri dari kehidupan publik yang seharusnya ia layani. Bahasa mereka sendiri, menurut orang-orang Yunani, secara khusus dilengkapi berbagai istilah untuk mengekpresikan perbedaan-perbedaan halus dan gagasan-gagasan abstrak yang diperdebatkan pada abad ke-5 SM.
Salamis tidak menghilangkan rasa ancaman Persia yang dirasakan bangsa Yunani. Kreativitas cemerlang peradaban Athena justru bersumber dari rasa senantiasa terancam itu. Herodotus menyusun tema baru sejarah ketika dia mulai bekerja menjelaskan tidak hanya bagaimana tetapi juga mengapa orang-orang Yunani dan Persia berperang. Ia menggunakan bukti secara kritis dan memanfaatkan keterpesonaan orang-orang Yunani mengenai perbedaan-perbedaan mereka dari orang-orang barbar. Tragedi merupakan bentuk kesusastraan Athena yang paling khas, paduan spekulasi filsafat, ritual agarna, dan sajak indah yang tidak pernah disamai peradaban-peradaban dunia lainnya. Gagasan-gagasan tentang hubungan antara manusia dan dewa-dewi, antara kehendak bebas dan keharusan, mendapat dimensi manusiawinya dalam karya-karya Aeschylus, Sophocles, dan Euripides yang mengolah lagi mitos-mitos Yunani kuno dengan efek-efek kontemporer. Namun, ada juga dimensi tragis dari ketidakmampuan orang-orang Yunani, setelah awal yang gemilang, untuk menghasilkan tatanan politik yang kesatuannya merefleksikan kedalaman kulturalnya. Konflik-konflik di sekitar tujuh puluh poleis berlangsung kejam dan pengasingan lawan-lawan politik, seringkali dilakukan di Athena. Themistocles sendiri diasingkan karena gagal dalam kampanye-kampanyenya untuk pembaruan lebih lanjut Areopagus, dewan sentral aristokratik yang memerintah Athena. Di bawah seorang reformis bernama Solon pada awal abad ke-6 SM, keanggotaan dewan itu terbuka bagi semua orang yang memenuhi kualifikasi tertentu dan dewan tandingan, Boule, dibentuk. Namun, Themistocles menginginkan agar demokrasi terus meluas dan bergerak secepat kapal triremanya. Dia meninggal sekitar 460 SM, secara ironis, sebagai seorang gubernur beberapa kota Yunani Asia yang masih berada di bawah kendali Persia.
Pada tahun 438 SM Parthenon, kuil untuk Dewi Athena dalam perannya sebagai parthenos (perawan), diselesaikan sebagai pernyataan simbolis mengenai rasa percaya diri kota Athena. Namun, tujuh tahun kemudian, Kekaisaran Athena memulai konflik 27 tahun dengan Sparta yang dikenal sebagai Perang Peloponnesus Dua. Itu merupakan perang di antara dua sistem pemerintahan: demokrasi warga Athena dengan militerisme aristokratik Sparta. Perang itu juga disebabkan oleh taktik-taktik kasar yang digunakan orang-orang Athena ketika mengembangkan kekaisaran mereka dan oleh pemaksaan terhadap negara-negara klien mereka atas rezim yang dijalankan oleh para penjilat pendukung Athena. Perang itu, yang berakhir dengan kemenangan Sparta dan keruntuhan Kekaisaran Athena, tidak hanya melemahkan kekuatan Athena, tetapi juga seluruh Yunani. Kenyataan bahwa Sparta didanai oleh emas orang-orang Persia menjadi semacam balas dendam atas peristiwa Salamis. Seluruh wilayah Hellas sekarang rentan terhadap bangkitnya raja-raja Macedonia dari utara-pertama Philip II dan kemudian putranya Alexander. Kemenangan Philip dalam Pertempuran Chaeronea menundukkan poleis-poleis Yunani di bawah para raja dan panglima Macedonia. Namun, akhir itu juga merupakan sebuah permulaan. Alexander, yang memandang dirinya sebagai seorang pahlawan Homerik, merupakan duty besar kebudayaan Hellenis yang terbaik. Dia dan para penggantinya meneruskan nilai-nilai Hellenis (meskipun bukan demokrasi) ke semua wilayah taklukan Alexander yang sangat luas di kawasan timur, termasuk Persia, hingga ke Sungai Indus. Kejayaan Republik Roma bangkit selama periode Hellenistik. Orang Roma sendiri, terlepas dari semua keberanian militer dan politik mereka dan pencapaian-pencapaian menonjol dalam penyusunan undang-undang, selalu menyadari bahwa secara kultural mereka berutang pada pencapaian-pencapaian mahabesar kebudayaan Yunani yang diberi ruang dan keyakinan untuk berkembang berkat kemenangan di Salamis.